Saturday, April 4, 2015

Tradisi Lompat Batu

TRADISI LOMPAT BATU DI NIAS, SUMATRA UTARA

Tradisi Lompat Batu, Fahombo, atau Hombo Batu adalah sebuah tradisi yang dilakukan di daerah Nias, Sumatra Utara. Tradisi ini dilakukan sebagai upacara pendewasaan para pemuda suku Nias. Siapa yang berhasil melakukan Hombo Batu, maka ia akan dianggap sebagai pemuda dewasa dan telah siap untuk menikah.

Tata Cara Lompat Batu

Anak-anak suku Nias berlatih lompat batu sejak umur 7 tahun. Mereka berlatih dengan menggunakan tali, yang ketinggiannya semakin lama semakin bertambah. Walaupun begitu, tidak semua anak laki-laki suku Nias bisa melompati batu yang sesungguhnya. Hanya anak-anak tertentu saja yang bisa lulus dari upacara ini. Masyarakat Nias percaya bahwa keberhasilan seorang anak berasal dari faktor genetika dan unsur magis dari leluhur mereka.
Seorang pemuda Nias yang dianggap sudah cukup umur akan mencoba melompati tembok batu setinggi 2 meter lebih dengan ketebalan sekitar 90 cm dan panjang 60 cm. Sebelum melompat, akan ada batu kecil yang dijadikan batu pijakan sebelum melenting tinggi melewati tembok. Dulu, sebagai ujian para prajurit, di atas tembok bahkan diberi paku dan bambu runcing. Namun sekarang tidak lagi. Selain memerlukan teknik melompat yang baik, para pelompat juga dituntut memiliki teknik mendarat yang baik pula. Karena jika tidak bisa mendarat dengan baik, resiko berupa cedera otot, patah tulang, bahkan kematian dapat terjadi.
 

Sejarah Lompat Batu

Pada awalnya, tradisi Lompat Batu bukanlah sebuah upacara adat. Dulu, sering sekali terjadi perang antarsuku di pulau Nias. Masing – masing suku membuat benteng pertahanan berupa tembok setinggi 2 meter lebih. Para prajurit dari desa lain secara otomatis harus bisa melompati tembok tersebut tanpa menyentuh ujungnya sama sekali. Hingga akhirnya para pemimpin suku mengharuskan setiap pemuda yang akan menjadi prajurit harus diseleksi dengan melompati batu setinggi 2 meter. Apabila pemuda tersebut berhasil, maka ia akan menjadi prajurit yang membela sukunya.
Saat ini sudah tidak pernah lagi terjadi perang antarsuku di Nias. Oleh karena itu, masyarakat mengubah acara ini menjadi upacara pendewasaan bagi para pemuda suku.

Upacara Lompat Batu memiliki makna yang sangat dalam bagi masyarakat Nias. Apabila seorang pemuda berhasil, maka bukan ia saja yang berbangga. Keluarganya pun turut berbangga dan biasanya mereka menggelar pesta syukuran dengan menyembelih beberapa hewan ternak.

Fahombo hanya dapat dilakukan oleh seorang laki-laki. Para perempuan dilarang keras mencoba melakukan fahombo. Hal ini dikarenakan para pelompat akan dijadikan pemimpin suku dan pelindung suku apabila terjadi konflik. Oleh karena itu diperlukan seorang pemuda dengan kekuatan fisik untuk melindungi sukunya.

No comments:

Post a Comment